June...
Hello june. Long time no see (:
Postingan pertama sejak masuk bulan Juni. Dan aku merasa have no story to be told...
Minggu pagi. Bangun dengan perasaan sumringah dan tiba-tiba mood anjlok begitu aja.
Aku patung, mereka patung
Cangkir teh hangat namun kaku dan dingin
Diam. Bungkam saja terus. Kau semua pikir aku tak punya rasa capek dengan semua ini? Ingin rasanya ku mencoba keluar namun, aku tak ada daya. Aku lemah, asal kau tau saja.Tapi aku yakin kau tidak tau. Tau apa kau tentang ku? Sedikit aku rasa.
Terlukis wajah hangat didepan semua orang namun aslinya kau orang yang kaku dan dingin. Kau tak berperasaan. Tak usah memberi tau ku. Semua-mua juga kuyakin sudah tau seperti apa dirimu. Hanya seorang lelaki paruh baya yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Kau tak berpikir dengan jernih. Hasilnya selalu omong kosong. Kau timpakan semua kepadaku dan nya. Kau pikir kami berdua ini patung? Yang bisa kau lukai tanpa rasa sakit?
Meja-meja kayu mengkilap
Wajahmu dibasahi air mata yang dilukis
Tak pernah kah kau berpikir perasaan kami? Aku yakin tidak. Untuk semuanya kuucapkan terima kasih. Namun aku bersumpah, aku sudah tidak kuat dengan semua bualan yg kau berikan. Aku ingin menangis. Kau tak pernah tau itu. Aku bukan wanita yg tak tau cara berterimakasih dan berbalasbudi. Akan kubayar semua yg kau beri padaku dulu. Semua. Lunas. Lalu aku bisa tinggalkan kau dengan segala penderitaan yg kau buat. Sudah muak aku padamu. 11tahun. Yaa. 11tahun kau membuatku terluka. Tunggu saja 5 atau 7 tahun lagi. Akan kulunasi semua hutang-hutang budiku kepadamu. Akan ku buktikan bahwa aku bisa lebih sukses dari padamu. Kau yang ajarkan ku menjadi orang jahat. Aku tak kuasa untuk berontak dan terus berontak. Walau berontak, aku masih berotak. Aku tidak bisa langsung menyatakan perang padamu, walau aku pernah mengibarkan bendera merah untuk perang, dan yah... berhasil walau hanya bertahan 1-2minggu kita menjadi patung disebuah museum. Bertatap tapi tak berkata. Itu lah kita. Hanya berpikir apa yg akan terjadi pada dirinya.
Tubuh kaku tidak bergerak
Ingin hapus air matamu tapi aku tak bisa
Patung-patung kayu mengkilap
Pikiran mereka kosong memikul peran
Seperti layaknya patung. Aku berusaha bergerak walau tak berhasil. Aku masih memikirkan bagaimana caranya keluar dari semua omong-kosong ini...
Tak terasa air mata menitik di mataku. Seseorang lain mencoba menghapusnya, tapi mereka tak berhasil. Ini seperti air mata permanen. Di mata. Di hati. Di mata hati. Aku kesal dengan semua ini, aku tau Tuhan tidak suka dengan pengeluh macam aku. Namun apa daya ku? Yang bisa kulakukan hanya mengeluh, melengos, berteriak manja. Aku ingin bermanja-manja. Tak pernah kudapat hampir 11tahun belakangan ini. Aku ingin bisa memeluk seorang seperti mereka yg bisa mendengar ku berkeluh kesah atas apa yg terjadi di sekolahku, lingkunganku, dan seperti apa teman-temanku. Mereka cukup egois (: dan seperti ku bilang tadi mereka timpakan semua itu pada kami...
Masih menjadi patung disebuah museum. Tak pernah bertatap muka lagi, dan semakin menjauh. Kau dan aku seperti orang yg tak pernah bertemu. 1 ruangan tapi tak pernah bertegur sapa. Tolong, aku pinta kepadamu... Pikirkan tentang peran yang kami perankan sekarang. Ini terlalu berat. Tolong ganti skenario semua drama omong kosong ini... Tolong....
Sakit hatimu karena aku
Sakit membekas dalam, jadi bagian sejarah
Tak ada kesempatan untuk berkilah
Untuk selamanya masa itu menguasaimu
Terimakasih Tuhan, kau sudah kabulkan doa ku untuk menyadarkan nya bahwa sakit hati ku karna semua omong kosong ini. Walau, yah... dia hanya berpura-pura tidak peduli dengan semua ini, dia hanya sadar bahwa aku sudah tidak kuat memikul peran ini lagi. Tidak untuk waktu yg lama. Dan menurutku 11tahun bukan lah waktu yang singkat. Sakit hati yg kurasakan berbeda dengan rasa sakit apabila ku putus dengan pacarku. Itu berbeda. Dan aku sudah kebal dengan semua rasa sakit ini. Aku akan menulisnya di buku jurnal ku. Dan kalian akan mengetahui bagaimana sejarahku jaman dulu saat kalian membacanya 10 atau 15 tahun lagi. Kalian akan tau bagaimana rasanya menjadi aku yang sekarang, bagaimana caraku untuk menghindari semua peran omong kosong ini. Bagaimana caraku mencari kesempatan untuk keluar dari semua masalah yg datang dan pergi seperti pagi dan malam. Selalu datang bergantian. Untuk beberapa masa aku merasa bahagia. BEBERAPA. Tidak semua kan berarti? Aku lelah. Tolong. Aku tak punya kata-kata lain selain kata itu. Hatiku sudah terlalu rapuh untuk di pegang. Jangan sentuh hatiku...
Harusnya cerita ini bisa berakhir lebih bahagia
Tapi kita dalam diorama
Harusnya sisa masa ku buat indah menukar sejarah
Tapi kita dalam diorama
Aku tau bahwa semua jalan cerita yg kau buat seharusnya tidak ada. Aku tau. Tapi kau memaksa untuk membuatnya dengan seseorang terluka didalamnya. Aku tau. Kau berpura-pura tidak peduli dan sebenar-benarnya kau peduli bagaimana keadaan ku. Aku tau. Terimakasih untuk diorama yg kau buat. Tidak usah kau buatkan aku peran lagi untuk berpura-pura berbalas budi padamu. Aku sudah tau bagaimana caranya. Dan cara untuk lepas dari semua sandiwara ini, aku sudah tau. Sisa masa yg sudah kuukir dengan indah untuk menukar semua keterpurukanku. Terimakasih untuk sudah membuat ku sengsara.
Terimakasih.
Terimakasih.
Karangan biasa dari sebuah lagu karya Tulus - Diorama
Postingan pertama sejak masuk bulan Juni. Dan aku merasa have no story to be told...
Minggu pagi. Bangun dengan perasaan sumringah dan tiba-tiba mood anjlok begitu aja.
Aku patung, mereka patung
Cangkir teh hangat namun kaku dan dingin
Diam. Bungkam saja terus. Kau semua pikir aku tak punya rasa capek dengan semua ini? Ingin rasanya ku mencoba keluar namun, aku tak ada daya. Aku lemah, asal kau tau saja.Tapi aku yakin kau tidak tau. Tau apa kau tentang ku? Sedikit aku rasa.
Terlukis wajah hangat didepan semua orang namun aslinya kau orang yang kaku dan dingin. Kau tak berperasaan. Tak usah memberi tau ku. Semua-mua juga kuyakin sudah tau seperti apa dirimu. Hanya seorang lelaki paruh baya yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Kau tak berpikir dengan jernih. Hasilnya selalu omong kosong. Kau timpakan semua kepadaku dan nya. Kau pikir kami berdua ini patung? Yang bisa kau lukai tanpa rasa sakit?
Meja-meja kayu mengkilap
Wajahmu dibasahi air mata yang dilukis
Tak pernah kah kau berpikir perasaan kami? Aku yakin tidak. Untuk semuanya kuucapkan terima kasih. Namun aku bersumpah, aku sudah tidak kuat dengan semua bualan yg kau berikan. Aku ingin menangis. Kau tak pernah tau itu. Aku bukan wanita yg tak tau cara berterimakasih dan berbalasbudi. Akan kubayar semua yg kau beri padaku dulu. Semua. Lunas. Lalu aku bisa tinggalkan kau dengan segala penderitaan yg kau buat. Sudah muak aku padamu. 11tahun. Yaa. 11tahun kau membuatku terluka. Tunggu saja 5 atau 7 tahun lagi. Akan kulunasi semua hutang-hutang budiku kepadamu. Akan ku buktikan bahwa aku bisa lebih sukses dari padamu. Kau yang ajarkan ku menjadi orang jahat. Aku tak kuasa untuk berontak dan terus berontak. Walau berontak, aku masih berotak. Aku tidak bisa langsung menyatakan perang padamu, walau aku pernah mengibarkan bendera merah untuk perang, dan yah... berhasil walau hanya bertahan 1-2minggu kita menjadi patung disebuah museum. Bertatap tapi tak berkata. Itu lah kita. Hanya berpikir apa yg akan terjadi pada dirinya.
Tubuh kaku tidak bergerak
Ingin hapus air matamu tapi aku tak bisa
Patung-patung kayu mengkilap
Pikiran mereka kosong memikul peran
Seperti layaknya patung. Aku berusaha bergerak walau tak berhasil. Aku masih memikirkan bagaimana caranya keluar dari semua omong-kosong ini...
Tak terasa air mata menitik di mataku. Seseorang lain mencoba menghapusnya, tapi mereka tak berhasil. Ini seperti air mata permanen. Di mata. Di hati. Di mata hati. Aku kesal dengan semua ini, aku tau Tuhan tidak suka dengan pengeluh macam aku. Namun apa daya ku? Yang bisa kulakukan hanya mengeluh, melengos, berteriak manja. Aku ingin bermanja-manja. Tak pernah kudapat hampir 11tahun belakangan ini. Aku ingin bisa memeluk seorang seperti mereka yg bisa mendengar ku berkeluh kesah atas apa yg terjadi di sekolahku, lingkunganku, dan seperti apa teman-temanku. Mereka cukup egois (: dan seperti ku bilang tadi mereka timpakan semua itu pada kami...
Masih menjadi patung disebuah museum. Tak pernah bertatap muka lagi, dan semakin menjauh. Kau dan aku seperti orang yg tak pernah bertemu. 1 ruangan tapi tak pernah bertegur sapa. Tolong, aku pinta kepadamu... Pikirkan tentang peran yang kami perankan sekarang. Ini terlalu berat. Tolong ganti skenario semua drama omong kosong ini... Tolong....
Sakit hatimu karena aku
Sakit membekas dalam, jadi bagian sejarah
Tak ada kesempatan untuk berkilah
Untuk selamanya masa itu menguasaimu
Terimakasih Tuhan, kau sudah kabulkan doa ku untuk menyadarkan nya bahwa sakit hati ku karna semua omong kosong ini. Walau, yah... dia hanya berpura-pura tidak peduli dengan semua ini, dia hanya sadar bahwa aku sudah tidak kuat memikul peran ini lagi. Tidak untuk waktu yg lama. Dan menurutku 11tahun bukan lah waktu yang singkat. Sakit hati yg kurasakan berbeda dengan rasa sakit apabila ku putus dengan pacarku. Itu berbeda. Dan aku sudah kebal dengan semua rasa sakit ini. Aku akan menulisnya di buku jurnal ku. Dan kalian akan mengetahui bagaimana sejarahku jaman dulu saat kalian membacanya 10 atau 15 tahun lagi. Kalian akan tau bagaimana rasanya menjadi aku yang sekarang, bagaimana caraku untuk menghindari semua peran omong kosong ini. Bagaimana caraku mencari kesempatan untuk keluar dari semua masalah yg datang dan pergi seperti pagi dan malam. Selalu datang bergantian. Untuk beberapa masa aku merasa bahagia. BEBERAPA. Tidak semua kan berarti? Aku lelah. Tolong. Aku tak punya kata-kata lain selain kata itu. Hatiku sudah terlalu rapuh untuk di pegang. Jangan sentuh hatiku...
Harusnya cerita ini bisa berakhir lebih bahagia
Tapi kita dalam diorama
Harusnya sisa masa ku buat indah menukar sejarah
Tapi kita dalam diorama
Aku tau bahwa semua jalan cerita yg kau buat seharusnya tidak ada. Aku tau. Tapi kau memaksa untuk membuatnya dengan seseorang terluka didalamnya. Aku tau. Kau berpura-pura tidak peduli dan sebenar-benarnya kau peduli bagaimana keadaan ku. Aku tau. Terimakasih untuk diorama yg kau buat. Tidak usah kau buatkan aku peran lagi untuk berpura-pura berbalas budi padamu. Aku sudah tau bagaimana caranya. Dan cara untuk lepas dari semua sandiwara ini, aku sudah tau. Sisa masa yg sudah kuukir dengan indah untuk menukar semua keterpurukanku. Terimakasih untuk sudah membuat ku sengsara.
Terimakasih.
Terimakasih.
Karangan biasa dari sebuah lagu karya Tulus - Diorama
Comments
Post a Comment