6.
Hampir seminggu aku menuliskan surat bertuan yang tak akan dibaca sama sekali. Aku kosong dalam kerinduan. Terpojok dalam segala situasi, karena kesalahan bodoh yang dibuat sendiri. Pagi ini, aku masih saja terjaga. Menunggu apakah kamu akan datang ke meja yang sudah aku siapkan, dan aku ada disana, tentu saja, menunggumu. Kedatangan yang mungkin tidak akan terjadi dan akhirnya menjadi sebuah penantian yang sia-sia, lagi. Pagi ini, aku merasakan getar cukup hebat di ulu hati. Bukan karena rasa senang, karena aku rasa ini hari kebalikan. Seakan jaring-jaring di hatiku siap untuk melucuti masing-masing pegangannya. Agar aku binasa. Mati karena patah hati. Pagi ini, aku ingin menangis, tapi mataku cukup tangguh untuk melawan perasaanku. Ulu hatiku seakan dihunus oleh sesuatu yang tak tampak, namun terasa sangat sakit. Aku ingin mengeluarkan air mata tersebut. Tapi tak ada cukup air mata untuk dikeluarkan. Atau untuk menangisi ketidakhadiranmu. Menangisi kehadiranmu yang tak b...